Kamis, 26 Oktober 2017

Puncak Acara HSN 2017 Dengan MMBS

Kudus, 26/10/2017
Rangkaian HSN kabupaten kudus 2017 Alhamdulillah tinggal 1 event lagi, MMBS atau Mlaku Mlaku Bareng Santri. Kegiatan ini insya Allah akan di ikuti oleh 100 ribu peserta dari kalangan santriwan santriwati se kabupaten Kudus dengan memakai khas santri yaitu sarungan, acara yang di mulai pukul 05.00 WIB, dalam acara ini dimeriahkan beberapa perform dan atraksi diantaranya ada senam dzikir MA Banat NU, Atraksi Pagar Nusa dan Banser NU. Selain itu ada Teater, Bhakti Sosial medis barada banser, Donor darah dan Bhakti lingkungan LPBI NU. Acara ini sekaligus penutupan HSN 2017 kabupaten Kudus dan juga memperingati hari sumpah pemuda sebagai bentuk aktualisasi nilai-nilai kesantrian dalam membentengi PBNU yaitu (Pancasila, Bhineka tunggal ika, NKRI dan UUD 45), Salam Santri Mandiri, NKRI Hebat.
Sumber : H.Mawahib Afkar (Ketua SC HSN 2017 Kabupaten Kudus)

HSN KUDUS 2017

Mbah Maimoen Zubeir : Nabi Cinta Arab karena Bangsa Arab, Kita Bangsa Indonesia Harus Cinta Indonesia

Santri Bershalawat yang digelar pada Senin (23/10) di alun-alun simpang tujuh tetap penuh pengunjung meski diguyur hujan lebat. Acara yang menghadirkan KH. Maimoen Zubair dari Sarang, Ndoro Habib Muhammad Luthfi bin Hasyim bin Yahya dan Ndoro Habib Ali Zainal Abidin Assegaf merupakan rangkaian acara Hari  Santri Nasional Kabupaten Kudus 2017. Hadir pula KH. Muhammad Ulil Albab Arwani Rois Syuriyah Kabupaten Kudus, KH. Hasan Fauzi dan kiai-kiai lainnya.

Tetap padat pengunjung meski hujan lebat
Usai shalat maghrib, Muhibbin (sebutan para pecinta ndoro habaib) dan santri kudus sudah mulai memadati alun-alun saat Marching Band PP. Al Anwar Sarang mempertontonkan kepiawaiannya dibawah guyuran air hujan.

Seakan ikut khidmat mendengarkan mauidhoh KH Maimoen Zubair, sepanjang pengasuh PP Al Anwar ini menyampaikan mawaidh langit menahan air hujannya. Dalam mauidhohnya beliau menyampaikan jati diri santri. Santri adalah para penuntut ilmu yang diasuh oleh kiai pada khususnya, ustadz dan cendikiawan pada umumnya. Santri yang cerdas adalah santri yang mengetahui eranya, menghadapi urusannya dan makrifat kepada Allah Subhaanahu Wata’ala.

Alam itu pasti berubah dan setiap perubahan pasti menyisakan preseden. Mustasyar PBNU ini mengajak santri Kudus untuk belajar sejarah kejayaan Brawijaya yang kekuasaannya tidak hanya jawa tapi sampai luar jawa pada periode dakwah Sunan Ampel. Dahulu orang-orang Arab yang datang ke Irian menyebutnya Irian dengan sebutan Uryan (telanjang). Kemajuan yang dicapai orang Arab saat itu tidak sepesat tanah Jawa yang Islamnya dibawa oleh Walisongo. Hubungan yang terjalin baik antara Majapahit dengan Islam Kamboja yang terkenal dengan Campa telah melahirkan Raden Patah dan tokoh-tokoh besar Islam lainnya.

Beliau juga menceritakan bagaimana junjungan umat Islam Nabi Muhammad Shallallahu Alayhi Wasallam membangun masyarakat yang damai ketika di Madinah dengan menjalin hubungan baik dengan orang Arab maupun non Arab dan menjaga hubungan antar sesama tanpa memandang agama. Bahkan dalam kitab maulid dikisahkan Nabi mendapat hadiah dari raja-raja non muslim. Atas sikap kebaikannya, Nabi dianugerahi hadiah seorang wanita yang bernama Maria. Nama Maria oleh Nabi tidak dirubah menjadi Maryam demi menghormati yang memberi.

“Nabi telah bersabda; aku cinta Arab karena aku bangsa Arab. Kita pun sebagai bangsa Indonesia sudah seharusnya cinta Indonesia.” tegas mbah Maimoen. Beliau menambahkan bahwa Nabi bukan Arab tapi bangsa Arab karena Nabi adalah keturunan arab dari bangsa Arya keturunan dari Nabi Ibrahim Alayhissalam yang berbangsa Babilonia. Sedangkan Babilonia bukanlah Arab. “Nabi itu bersifat Islami namun tidak meninggalkan jiwa nasionalisme.” tandasnya.

22 Oktober yang telah ditetapkan presiden Jokowi sebagai Hari Santri Nasional merupakan tonggak kejayaan Indonesia. Oktober adalah bulan yang dimuliakan Allah. Nabi Muhammad Shallallahu Alayhi Wasallam hijrah sampai membangun masjid Quba kalau dalam kalender miladi bertepatan pada 1 Oktober.

Kemerdekaan Indonesia tidak dapat lepas dari jasa para kiai dan kiai itu kebanyakan dari NU. Menurut kiai Maimoen organisasi Nahdlatul Ulama pimpinan pusatnya adalah pilar negara yaitu PBNU. PBNU dalam pengertian beliau adalah singkatan dari Pancasila, Bhineka Tunggal Ika, NKRI dan Undang-Undang Dasar 1945. Bangsa Indonesia adalah benar-benar bangsa yang terpilih. Tidak ada dipermukaan bumi umat Islam terbanyak seperti Indonesia. Sampai Allah menyebut Indonesia ini dalam surat Al Kahfi ayat 90 dan menganugerahi kemerdekaannya dengan angka 17, 8, dan 45.

“Dipakai atau tidak dipakai dalam kepengurusan NU saya tetap PBNU.” tegasnya. Nasionalisme Kiai yang sudah telah masuk usia 90an ini tidak sebatas dalam ucapan karena di rumah beliau terpasang dengan gagah lambang negara burung garuda. Beliau mengatakan, bahwa dalam lambang garuda pancasila terdapat dua sayap dengan jumlah bulu 17 di kanan, dan 17 disebelah kiri. Lambang angka 17 ini merupakan jumlah rukunnya shalat. Tujuh belas yang kedua, lanjut Mbah Moen, merupakan jumlah rakaat shalat sehari-semalam. “Ini adalah angka sembahyang, Kalau tidak tahu ini tidak sah shalatnya,” terangnya.

Sedangkan angka delapan disebutnya sebagai tolaknya neraka dan sebabnya masuk surga. Lebih lanjut beliau mengatakan tentang tujuh anggota tubuh yang wajib menempel ketika sujud, meliputi, kening, kedua tangan, kedua lutut, dan kedua kaki. “Tujuh ini sebagai penolak neraka, karena pintu neraka ada tujuh,” ujarnya.

“Ditambah satu lagi, jika kita ingin masuk surga yaitu hati harus menempel ingat pada Allah. Jadi jumlahnya genap delapan, karenanya delapan ini merupakan jumlah pintu surga,” tambahnya.

“Angka empat lima sebagai tahun Indonesia merdeka, bahwa setiap orang Islam harus membaca syahadat empat kali, dan lima kali. Malam empat kali, Maghrib dan Isya. Sedangkan siang hari lima kali, Subuh, Dzuhur, dan Ashar.” terang pengasuh PP Al Anwar. Oleh karenanya beliau mengajak untuk masuk ke dalam Islam secara kaaffah (keseluruhan) tanpa membawa kefanatikan.

http://www.muslimoderat.net/2017/10/mbah-maimoen-nabi-cinta-arab-karena.html?m=1